Selasa, 29 Desember 2015

dunia sajak

TENTANG KEHIDUPAN

Kehidupan di dunia
Kadang kala indah bagai bulan purnama
Kadang kala menyakitkan bagai tiba gerhana
Hati yang berdetik
Namun mulut tetap terkunci
Tidak mampu melafazkan
Yang tersurat di hati
Kerana jendela bibir terkunci rapi
Jiwa meratap pedih
Perasaan menagih kasih
Orang yang dinanti
Datang bagaikan mimpi
Hinanya diri
Diperlakukan sebegini
Bagai tiada erti
Umpama hilang perasaan hati
ADVERTISEMENT
Termenung kuseketika
Dilamun mimpi khayalan yang tak sudah
Diri masih tertanya-tanya
Kemana hilangnya kemanisan di dunia
Kunci yang dicari
Hilang tetap tak ditemui
Kaki yang melangkah kedepan
Tiba-tiba tersisir ke belakang
Bagai hidup tiada penghujung
Umpama bunga hilang wanginya
Ibarat daun tiada hijaunya
Dunia yang berputar
Namun kaki tidak terlangkah
Masa yang berlari
Namun jiwa masih terhenti
Umpama memijak diawangan
Bagai berlari dikayangan
Ibarat ada dalam tiada
Dicapai tapi tidak terasa
Digenggam namun terlepas jua
Ibarat diri bayang-bayang
Yang berpijak di bumi nyata
Diri tinggal tanda Tanya
Beginikah dunia?
Yang selama ini dikejar
Namun tak pernah ditemui
Beginikah hidup?
Yang selama ini diterokai
Namun masih menjadi misteri
Apa yang harus diingati
Yang pergi takan ada lagi
Yang wujud bakal tiba pengganti
Yang tinggal tetap jua kembali
Misterinya kehidupan..
Makin ditanya
Makin banyak persoalan
Makin diteroka
Makin banyak rasia
Apa yang dikata
Telah lama tersirat dijiwa
Apa yang dicari
telah lama ditemui
apa yang dibenci
sebenarnya paling disayangi
itulah
kenyataan diri
kebenaran yang ditemui
sengaja disembunyi
lagi dicari..
Cinta
Ibarat lautan terbentang
Kasihnya tetap ketepian
Semakin cuba diselami
Semakin dalam hati merasai
Semakin banyak yang dijumpai
Kasihnya tiada ganti
Tidak juga berbelah bagi

Lelaki
Sungguh sukar difahami
Ibarat hujan dipadang pasir
Bagai gelora di hujung muara
Kadang kala datang tanpa diduga
Tiba-tiba pergi tanpa disangka
Inikah ironinya?
Peribadinya lelaki
Diibarat seumpama perdana
Kelakuan tiada beza
Apa yang dituju juga serupa
Wanita sahaja yang tegila-gila
Bagai terjumpa air di padang pasir
Hendak dijamah risau kehabisan
Tidak dirasa diri pula kehausan
Keluhan kesal
sering menghantui diri
tidak mengerti
kemana kaki melangkah pergi
Pandangan jauh kedepan
namun sering tersasar di persimpangan
hati yang berbisik
namun jiwa tidak terdetik
sengaja diabaikan risiko didepan
kerana kabahagiaan yang dijanjikan
Perjuangan diri masih di persimpangan
musuh sekeliling sorak kegembiraan
tatkala diri tersungkur dari batasan

manusia serupa
namun pemikiran yang berbeza
jalan yang dilalui
terasa bagai berduri
bila diri tidak lagi dihargai
Kaki yang melangkah
terasa beratnya
otak yang mengkaji
berhenti keletihan
apa lagi yang terlepas dari pandangan?
Hijaunya bumi
Tidak dapat menyejukan
Birunya laut
masih lagi tidak dapatmenenagkan
gunung-ganang yang tersergam
gagal membangkitkan
sawah ladang yang terbentang
tetap jua menghalang pandangan
apa maknanya semua ini
naluri hati telah tersimpul mati
hendak ditanya
namun pada siapa
ingin dijawab
tiada pula soalannya
bingungnya diri
kekiri tidak
kekanan jauh sekali
kedepan terhenti
berundur kebelakang
tiada erti
betul katanya..
didepan ada yang menunggu
namun simpang mana yang harus ku tuju?
Diri terasa sunyi
Takut mengikut kata hati
Risau tersungkur lagi
Berilah ku peluang
Seketika ini
Izinkan diri
menemui apa yang dicari
risau tidak berkesempatan
dilain kali
Deruan ombak dipantai
kadang kala membingitkan
angin yang menderu
terasa seperti ada yang menyeru
adakah ini petanda pada sesuatu?
Diri ini keletihan
Tanda noktah yang dihajatkan
Namun tanda soal yang diketemukan
Dimana pengakhiran sebuah persoalan
Kenyataan yang dicari
Dari awal diri mempercayai
Ia bakal memberi kesan yang pahit dalam diri
Bagaimanapun kenyataan harus dihadapi
Walau pahit ranjau berduri
Berilah pengakhiran pada semua ini
Wujudkanlah kesempatan
Agar dapatmenjernihkan keadaan
Supaya tidak tehimpit penyesalan
Semoga semua persoalan
Dijawab dengan sebuah kemenangan
Agar jiwa merasa tenang dimasa depan
Kumohon
Insan disisi
Menghargai perasaan hati
Melindungi diri ini
Menjaga sehingga nafas terakhir
Semoga pertemuan ini
Memberi ku nafas kembali
Ku berjanji’€¦
Dirimu takan ku khianati
Dan ku mengharap
Dirimu memahami perasaan ini
Menunaikan janji yang kau lafazsi
Kuberdoa hubungan ini terpatri
Dua jiwa menjadi satu hati
Pada saat izin berwali
Tika ijab bersaksi
Hanya padamu ku menanti

Sabtu, 26 Desember 2015

Sajak

tutup kembali ruang sunyiku, pekik kupu kupu sambil
melepas helai demi helai sayap halusnya
kilau cahya ini kelewat menyengat
dan duri duri mawar kelewat nyeri menggores nadi
biarkan aku diam, terayun di kepompong sunyi
sambil mereka reka derai musim yang berhembus
dari seberang lautan
kelak, jika perahu itu benar tiba
kembali bakal kumekarkan klopak sayapku
agar mengepak lembut songsong kehadiranmu
 merataplah dengan ronta sukma lukamu
tapi jangan lelehkan air mata
bumi padang haus sahara
tandus cinta berbunga dusta
meskipun wajahmu
tak secantik
bidadari yang
kuinginkan
tapi laramu mendekap
dalam laraku
seiring katamu
seirama dengan
kataku

helai nafasmu
bersatu dengan nafasku
di kala kubersemedi
dalam relungmu

dikala dagingku
bersemayam dalam
jasadmu
aku pun tak akan
berpaling sepanjang
dunia tak hancur
ditelan rayap
keropos sampai
akhir tahun

 ada yang slalu menghilang
saat aku tiba
engkaukah itu yang menyulut
kedamaian kangenku
dengan cemburu?
 biarkan buih ombak itu mengekal di gigir karang
memukat kilau rembulan
makasih : lena panjangku terjaga
oleh kangen dan keridloan cintamu
kelak, jika musim kakawin itu benar tiba
kembali bakal kumekarkan klopak sayapku
agar mengepak lembut songsong kehadiranmu
 Diantara rintik grimis..
Dahaga ..tuntas lepas..
Pekik lirih isak manja..
Lepas tak terbatas..
Bukan siapa atw kenapa..
Biarkan sejenak bahagia…
Bisik mesra gulita malam..
Geliat resah…kerinduan..
 Cemburu..
Membuat rindu..
Hanya CINTA..
Merubah cerita…
Bulir air mata..
Membasuh luka..
Mendekap hangat..
Asmara jiwa
Merajuk..lirih…
Rengek ..manja…
Senandung Rasa..
Memeluk erat..
Tanpa Prasangka…
Saat kau dan aku..
Tak ber’jeda…
Hening tanpa kata..
Desah yg mereda…
 Tetes hujan seharian membasahi bumi
Melarutkan debu di jiwa yang menggeletar
Dingin menusuk hati yang gersang
Merindu….
yang teriris, cinta apa jiwamu?
selepas gerimis
klopak kangenmu merona
di cendela sukmamu
yang letih kerna lama teronggok di ruang tunggu
saat kau singkap lembar harimu
ada yang tersisa
cercah harapan di lubuk setiamu

 kusapa sunyimu
dengan kangen dan cemburu
mengertikah engkau?
 bagaimana aku bisa menolak anggur
yang kau tuang dengan tangan tangan kasihmu
sekalipun aku mengerti jiwaku akan terbakar olehnya?
kau tullis pesan di balik kaca buram
oleh tetes air mata
kisahmu : tlah kupertaruhkan jiwa
sibak lembar demi lembar mega mega
lampaui benua, gigil musim dan aroma letih kerja
tapi diam diam kaupungut satu demi satu tetes air mata itu
memercikkan beningnya di luka cintaku
pedihnya, pedihnya

engkau menyelam ke dasar palung
berharap ujung jari kaki tanganmu
menyentuh mutiara
yang ditaburkan gelombang
nafasmu bagai menara ikan paus
cinta tlah berbaur amarah dan kesumat masa lalu

meski angin tak bersahabat
engkau terus menyelam ke dasar palung
tak peduli pori kulitmu mengelupas
dan tanduk bunga karang menggoreskan
nganga lula
tembus ke lubuk jiwa

masuklah ke dalam tubuhku, bisik kabut
pada derai gerimis yang turun di ranting senja
engkau akan temukan sukmaku menggigil, merintih
mengeratkan genggaman tangan ke dada
sambil menyebut namamu bagai tangis bayi
yang terjaga di senyap malam
aku letih, tapi kakiku tetap harus berjalan
meretas belukar, mengemas duri duri mawar
bagi geliat cemburu yang menyembilu di dada
aku letih, tapi jejakku belum sampai
dan muara yang kurindu belum juga terlihat
terhijab gelugut daunan
aku letih, dan malas bermimpi tentang jejak sepasang kaki
kekasih di bawah kilau rembulan

 please, diamlah
ingin kuterka geliat sukmamu
yang meretas kabut kangenku
 secangkir kopi, atau segelas teh
kangen aku, jemari lentikmu yang meraciknya
lantas kau sajikan di meja kerjaku
sebagai pembuka matahari
kapan ya.. semua ini tak sekadar mimpi

kupeluk engkau dengan jiwaku
agar gigil musim tak membuat darah
dan cintamu beku
Sajak-Sajak Cinta Terindah
Walau purnama tak mampu mengetuk hati, biar bintang berbicara tentang apa yang kau rasa. Biar semua tau kau punya rindu. Tetap seperti itu, lir kuncup yg tak sanggup memekarkan mahkota nya.
Saat kau putuskan smua, telah kau layat senja dalam hatiku, katamu semua serba tiba-tiba, seperti rayu melati pada rimbun tanah berisi kenangan yang rapi disamarrekah bunganya.Aku memang menemui punggungmu; sengaja kubiarkan ruhmu berlalu di sepanjang penghubung antar pintu. Iya. Pasti pusara itu, yang masih basah sebab terlalu banyaknya air mata. Segala yang rebah di sana hanya cakrawala duka dan semesta luka.Segenggam kembang telah kau tebar di sana, mungkin kau mulai paham kebiasaanku merawat kepedihan, biar kenang yang telah selesai bersemayam dengan tenang. Supaya tak perlu lagi mati suri.
by ratuviha
sepagi ini nyanyianmu mengingatkan bahwa memiliki adalah tujuan kepastian dengan jalan mencintai adalah keniscayaan lalu beberapa helai daun menjatuhkan dirinya pasrah pada angin yang berkehendak tidak pasti dengan nya waktu berhenti pada rasa yang lelah pada rindu yang entah
kekasihku yang bernama jiwaaku merindumu bahkan dengan ruh sepenuh seluruh aku jatuh dalam kutukan Tuhan; selama aku menginginkanmu selama itu engkau milikku
by:
nay ratuviha
Dia butuh waktu, bukan aku Mereka butuh bukti, bukan aku Dia punya mimpi, bukan aku Mereka butuh aku namu tidak dengan waktu. Aku berdiam, beepikir menahan diri Aku berjalan, mengejar janji Aku pun beelari, namun jarak seolah menjauh. Menepiskan arah langkah ini Sampai pada saat aku berasumsi, semua masih pada janji yang ku miliki.